Selasa, 08 Februari 2011

BerbagiI Sejarah Berdirinya Dinasti Pahlevi dan Perkembangannya


PENDAHULUAN
Revolusi yang terjadi di Negara Eropa membuat peradaban di dunia mulai berubah. Dampak yang di timbulkan  berimbas di berbagai pelosok belahan dunia. Munculnya kemajuan di Eropa itu akhirnya berimbas terhadap Islam yang pada masa itu mulai menunjukkan kemunduran. Kolonialisme dan Imperialisme bangsa Eropa akhirnya menyentuh dunia Islam. Banyak unsur-unsur dari Barat akhirnya mampu masuk ke dalam dunia Islam, mulai dari pemikiran, politik, ekonomi, militer, sosial budaya, dan lainnya. Masuknya arus tersebut akhirnya mampu memberi masukkan. Adanya revolusi di beberapa negara Eropa seperti menjadi sebuah rangsangan untuk melakukan pembenahan dalam dunia Islam. Selain melakukan pembenahan munculnya pemikiran serta beberapa ide yang dihembuskan Barat itu juga mempengaruhi umat Islam untuk  bisa hidup dalam negara yang berdaulat sendiri lepas dari kekuasaan para kolonial. Reaksi yang timbul itu semua karena tekanan yang telah lama dirasakan. pengaruh moderenisasi tersebut banyak memberikan tekanan terhadap perubahan sistem politik negara-negara muslim terutama di Iran.
Negara Iran modern sendiri terbentuk melalui periode anarkis pada tahun 1911 sampai tahun 1925. Pada masa ini itervensi asing begitu kuatnya. Efek dari adanya Perang Dunia I membuat wilayah Iran harus jatuh dalam kekuasaan Inggris. Akibat perjanjian Anglo-Persian Iran menjadi pemerintahan protektorat  Inggris. Lama Iran dalam pimpinan yang tidak memberi kesan, akhirnya keadaan mulai berubah ketika Reza Khan muncul dan mampu memberi perubahan. Pada Tahun 1925 Ia menjadikan dirinya sebagai Shah Iran dan mendirikan kerajaan konstitusional sekaligus pendiri dinasti Pahlevi.




PEMBAHASAN
1.      Sejarah Berdirinya Dinasti Pahlevi dan Perkembangannya

Reza Khan merupakan seorang pejabat dalam Brigade Cossack di Iran, yang berkuasa sebagai panglima militer dan juga sebagai menteri pertahanan. Reza Khan diangkat menjadi panglima militer karena jasanya menundukkan pemberontakan rakyat di Karmasyah di tahun 1916. Maka oleh karena jasa-jasa dan setianya itu pada tanggal 20 Mei 1920 pemerintah Dinasti Qajar memanggilnya datang ke Pusat Kerajaan (kota Teheran), untuk dilantik menjadi Kepala Perang. Namun Reza memiliki keinginan untuk mengkudeta pemerintahn dinansti Qajar. Pada tahun 1921, Ia mampu mengkonsolidasi pengaruhnya di kalangan pasukan militer dan kepolisian untuk melemahkan unsur kekuatan kesukuan dan unsur kekuatan propinsial, menjadikan seluruh wilayah negeri dalam genggaman kekuasaan militer dan berhasil melawan pemerintah dinasti Qajar.[1]
Dalam kurun waktu empat tahun Reza Khan telah memantapkan dirinya sebagai orang yang paling kuat di negara dengan menekan pemberontakan dan ketertiban membangun. Pada tahun 1925, sebuah majelis khusus diadakan yaitu Majelis Nasional Iran yang ingin menggulingkan Ahmad Shah Qajar, penguasa terakhir dari dinasti Qajar. Pada tahun ini pula, Reza Khan mampu mendirikan kerajaan konstitusional. Reza Khan kemudian dikenal  dengan nama Riza Syah Pahlevi. Reza sendiri lahir pada 10 Rabiul awwal 1295 H, 5 Maret 1877 M. Ayahnya adalah Abbas Ali Khan yang juga merupakan pahlawan perang Iran. Abbas Ali Khan terbunuh pada saat terjadi pertempuran di Hurat.
Pada 31 oktober 1925 Parlemen Iran mengeluarkan undang-undang mencabut hak-hak keluarga Qajar seluruhnya dari kerajaan Iran. Diangkatlah Riza Khan menjadi kepala pemerintahan sementara. Lalu tersiar kabar angin bahwa Riza Syah bermaksud hendak menjadikan Negara Iran menjadi sebuah Negara Republik. Mendengar kabar angin itu ributlah ulama-ulama syiah yang dianut bangsa Iran dan para ulama-ulama syiah tersebut mengeluarkan fatwa bahwa susunan Negara Republik tidak sesuai dengan negeri Iran dan melanggar Syariat Islam dalam mazhab Syiah. Para ulama dan Parlemen datang mendesak kepada Riza Khan agar mau diangkat menjadi Syah Iran, dengan janji bahwa Agama Islam dalam pengakuan mazhab Syiah Isna Asyariyah menjadi agama resmi dari kerajaan Iran. Karena desakan yang keras  dari rakyat dan ulama “terpaksalah” ia menerima dan dilantiknya ia sebagai Syah Iran  dengan gelar Riza Syah Pahlevi, itu nama keturunan  yang diambil oleh Riza.[2]
Kemudian Riza Syah Pahlevi mendirikan kerajaan konstitusional sekaligus pendiri Dinasti Pahlevi, yang berlangsung hingga 1979. Terimbas oleh langkah rekan sezamannya di Turki, Mustafa Kemal (Ataturk) yang memusatkan perhatiannya pada moderenisasi dan pembentukan pemerintahan terpusat yang kuat mengandalkan angkatan bersenjata dan birokrasi modern. Berbeda dengan Ataturk, Syah tidak menghapuskan lembaga-lembaga keagamaan, tetapi hanya membatasi dan mengontrol mereka.
Sejak itu Iran mengalami proses pembentukan negara bangsa yang serupa dengan proses yang berlangsung di Turki dan sejumlah negara lain. Negara menjadi motor perkembangan ekonomi serta perkembangan kebudayaan menurut model Barat. Namun berbeda dengan Turki golongan menengah menjadi kelas penopang utama bagi rezim Pahlevi. Selain itu Syah juga mengembangkan angkatan bersenjata baru yang lebih kuat dengan melakuka pelatihan pejabat-pejabat tentara di Prancis dan memberlakukan wajib militer. Banyak ulama yang mendukung pengambilalihan kekuasaan oleh Reza Syah guna memulihkan monarki yang kuat untuk meredam pengaruh asing.



2.      Hubungan Ulama dan Peran Riza Khan Dalam Pemerintahannya

Pasca resmi menjadi Syah Iran, Reza mulai melakukan pemerintahan. Reza Syah punya rencana ambisius untuk modernisasi Iran. Rencana yang akan dilakukan ialah mengembangkan industri besar-besaran, melaksanakan proyek-proyek infrastruktur besar, membangun sistem rel kereta api lintas-negara, membangun sistem pendidikan nasional publik, reformasi peradilan, dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Dia percaya pemerintah yang kuat, dikelola oleh tenaga terdidik dan bisa melaksanakan rencananya. Langkah pertama yang dilakukan Syah Reza adalah membangun kekuatan militer modern. Syah Reza mengadakan pelatihan pejabat-pejabat tentara di Perancis dan memberlakukan wajib militer. Ia melakukan westernisasi pasukan militer. Dengan dukungan pasukan militer yang kuat rezim ini mampu mengatasi oposisi elit agama, pedagang, dan elit kesukuan, merendahkan posisi parlementer yang hanya sebagai formalitas belaka dan mengsensor pers, untuk melancarkan tujuan politik Pahlevi mengharap dukungan kalangan tuan tanah.
Perundang-undangan tahun 1928 dan tahun 1929 mengakui penguasaan tanah secara de facto sebagai bukti kepemilikan dan mempersyaratkan regestrasi yang ditujukan kepada tuan tanah yang kaya raya namun tidak terhadap petani  penggarap yang miskin. Pemerintahan ini juga menekan unsur kekuatan kesukuan. Untuk pertama kalinya dalam sejarah dimana Negara Iran berkuasa penuh atas wilayah negerinya secara utuh dengan melumpuhkan unsur komunitas kesukuan dan kekuatan Khan. Suku-suku dipaksa  menetap (tidak berpindah-pindah) dan kekuasaan politik Khan diambil alih oleh Negara.[3]
Meskipun Syah Reza meraih kekuasaan dengan dukungan ulama yang menginginkan restorasi kerajaan Iran, dan mengharap lahirnya pemerintahan yang kuat untuk menekan pengaruh asing, namun ketika setelah Pahlevi kukuh justru menghapus pengaruh ulama. Kemudian menyebabkan hubungannya dengan ulama memburuk terutama ketika Syah berusaha membatasi kekuasaan kaum ulama. Melalui membentuk system pendidikan sekuler, pengawasan pemerintah terhadap sekolah sekolah agama, pengurangan dana subsidi, dan melalui beberapa langkah lain pemerintahan Pahlevi menggiring ulama dibawah control Negara. Pukulan kedua ulama yaitu kebijakan reorganisasi administrasi yudisial walaupun administrasi yudisial tetap bertahan ditangan ulama namun pada tahun 1928 Syah Reza memberlakukan kitap hukum yang menggeser kedudukan hukum syariah. Pada tahun 1932 parlemen mengundangkan sebuah undang-undang yang mencabut fungsi-fugsi penting pengadilan agama. Undang-undang yang tahun 1936 mempersyarakan seluruh hakim telah menempuh degree (gelar sarjana) dari fakultas hukum Teheran atau dari universitas luar negeri, yang tidak mungkin pihak ulama menduduki jabatan hakim didalam pengadilan.[4]
     Pada pertengahan tahun 1930-an Reza Syah menyebabkan ketidakpuasan di antara beberapa kelompok, terutama para ulama, yang menentang reformasi. Pada tahun 1935 Reza Pahlavi mengeluarkan dekrit meminta delegasi asing untuk menggunakan istilah Iran dalam korespondensi formal, sesuai dengan fakta bahwa "Persia" adalah istilah yang digunakan oleh masyarakat Barat untuk negara yang disebut "Iran" dalam bahasa Persia. Setelah beberapa ulama protes, penggantinya, Mohammad Reza Pahlavi, mengumumkan pada tahun 1959 bahwa baik Persia dan Iran yang dapat diterima dan dapat digunakan secara bergantian.
            Setelah invasi Jerman terhadap Uni Soviet pada Juni 1941, Inggris dan Uni Soviet menjadi sekutu. Inggris dan Uni Soviet menggunakan Kereta Api Trans-Iran sebagai rute yang menarik untuk mengangkut pasokan dari Teluk Persia ke Uni Soviet. Pada bulan Agustus 1941, karena Syah Reza menolak untuk mengusir warga negara Jerman, Inggris dan Uni Soviet menyerbu Iran, ditangkap Syah dan mengirimnya ke pengasingan, serta mengambil kendali komunikasi Iran dan kereta api. Pada tahun 1942 Amerika Serikat, sekutu Inggris dan Uni Soviet selama perang, mengirimkan kekuatan militer ke Iran untuk membantu menjaga dan mengoperasikan bagian rel kereta api. Selama beberapa bulan berikutnya, tiga negara menguasai sumber minyak Iran dan dijamin sebuah koridor pasokan bagi diri mereka sendiri.
Pada Januari 1942 mereka menandatangani perjanjian dengan Iran untuk menghormati kemerdekaan Iran dan untuk menarik pasukan mereka dalam waktu enam bulan dari akhir perang. Pada tahun 1943 pada Konferensi Teheran, Amerika Serikat menegaskan kembali komitmen ini. Pada tahun 1945, Uni Soviet menolak untuk mengumumkan jadwal untuk meninggalkan provinsi-provinsi barat laut Iran Timur dan Barat Azerbaijan. Uni Soviet menarik pasukannya pada bulan Mei 1946, tetapi ketegangan berlangsung selama beberapa bulan.
Mulai tahun 1940-an ulama memulai keterlibatan dalam urusan politik. Tokoh yang muncul pada tahun 1948 – 1953 yaitu Ayatullah Kashani dengan mendapat dukungan dari para orator jalanan dan juga ulama papan bawah untuk melakukan gerakan anti Inggris dan anti Imperialisme serta memperjuangkan nasionalisasi industri. Selain itu juga menjauhkan pengaruh asing di Iran. Beberapa lama Ia mendukung gerakan Mosaddeq, namun belakangan Ia menentang dan cenderung menyondong pengamanan Shah.[5] Pada tahun 1951, Mohammad Mossadeq menjadi perdana menteri baru. Yang tidak lama setelah itu menasionalisasi industri minyak milik Inggris. Mossadeq ditentang oleh Shah yang takut embargo minyak yang dihasilkan dipaksakan oleh barat akan meninggalkan Iran pada kehancuran ekonomi. Shah Iran melarikan diri namun kembali ketika Inggris dan Amerika Serikat melancarkan kudeta terhadap Mossadegh pada bulan Agustus 1953. Mossadeq kemudian ditangkap oleh pasukan tentara pro-Syah.
Kekalahan Musaddeq mengantarkan pada sebuah periode ulama yang bersikap pasif dan akhirnya timbul kolaborasi ulama dengan pemerintah secara tersembunyi. Pemerintah menyokong kepentingan ulama melalui pengangkatan mereka di pengadilan memberi kesempatan meraih kekayaan melalui pemilik tanah, dan bergabung ke dalam keluarga bangsawan. Secara politik ulama memang pasif, namun mereka tetap mengkonsolidasikan kekuatan internal mereka. 
3.      Kemunduran Dinasti Pahlevi

Menurut Hossien Bashiriyeh, ada lima landasan kekuasaan yang dibangun oleh Syah yang kemudian memicu timbulnya revolusi dan menyebabkan jatuhnya Syah. Pertama, kontrol negara yang sangat besar atas sumber-sumber keuangan, khususnya minyak; Kedua, program stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi serta intervensi ekonomi rezim ke dalam sistem ekonomi; Ketiga, mobilisasi massa dan penciptaan suatu keseimbangan antara kelas-kelas melalui kontrol dan intervensi rejim; Keempat, pembentukan hubungan-hubungan patron-client dengan kaum borjuis kelas atas, dan kelima diperluasnya peranan kekuatan penekan (khususnya SAVAK), dan ketergantungan pada Barat terutama dukungan politik militer AS.
Dalam tahun 1939 pecahlah perang dunia ke dua dengan segera Syah menyatakan bersikap netral,  dua tahun lamanya dia tidak terusik akan tetapi pada tahun 1941 disiarkan kabar bahwa Syah adalah pro Jerman nazi, walaupun dibantah oleh Syah Reza namun bantahan tersebut tidak dapat melawan propaganda yang diatur bangsa ingris dan Rusia yang ingin menduduki Iran. Maka pada 26 agustus 1941 dengan serantak Inggris dan Rusia menyerang wilayah Iran dengan alas an Syah pro nazi.maka iran tidak dapat menghadapi lindasan Tank baja dan peralatan perang lengkap dari kedua bangsa tersebut. Maka pada 16 september 1941 Reza Syah menyerahkan kekuasaan kepada puteranya yang masih berusia 21 tahun, Muhammad reza Syah Pahlevi lalu beliau menyerahkan diri kepada sekutu lalu dibuang ke st, Maurist. Pada pemerintahan Muhammad tidak sebegitu kuat seperti ayahnya. Sering terjadi berganti-ganti Perdana Mentri.[6]
Gerakan reformasi keagamaan  seiring dengan perlawanan ulama terhadap Negara. Ulama reformis membenarkan keterlibatan ulama dlam kegiatan politik secara aktif. Ayatullah Khomei  menyerukan reormasi masyarakat politik secara total yang mengharuskan keterlibatan ulama secara langsung dan aktif didalamnya. 
Sementara pada dekade 1970-an pemerintahan Pahlevi semakin sewenang  - wenang pemerintahan ini didukung politik dan militer Amerika dan mengutamakan keuntungan bagi kelompok elit. Pada dekade ini bersamaan dengan masa paceklik bagi sebagian masyarakat pertain. Kondisi politik dan ekonomi yang semakin kacau mengakibatkan  gelombang demonstrasi besar atas kesewenangan pemerintah. Situasi tersebut mengantarkan Revolusi Islam di Iran dibawah pimpinan Ayatollah Khomeini pda tahun 1979 selanjutnya perkembangan pemerintahan  Islam di Iran menganut republik yang didasarkan pada Islam Syiah.



















KESIMPULAN
Kelemahan dinasti Qajar akhirnya memberi celah untuk Reza Khan merongrong dan akhirnya mampu mengkudeta kedudukan dinasti tersebut dan memulai dengan meretas dinasti baru yang disebut dengan Dinasti Pahlevi. Dalam sejarah Iran, tercatat bahwa perjuangan melawan kolonialisme dan pembentukan negara bangsa dimulai pada masa Dinasti Pahlevi ini. Reza mulai mewujudkan ambisinya untuk memodernisasi Iran mulai dari mengembangkan industri besar-besaran, melaksanakan proyek-proyek infrastruktur besar, membangun sistem rel kereta api lintas-negara, membangun sistem pendidikan nasional publik, reformasi peradilan, dan meningkatkan pelayanan kesehatan. Namun pasang surut dinasti Pahlevi asti ini juga terjadi. Hubungan dengan ulama pun juga demikian dengan adanya ketidak puasan atau protes dari para ulama atas kebijakan - kebijakan penguasa. Dinasti ini berakhir dengan ditandai dengan meletusnya Revolusi  Iran.


















DAFTAR PUSTAKA

Esposito, Jhon L. Islam dan Politik. Jakarta : Bulan Bintang, 1990
Hamka. Sejarah Umat Islam III. Jakarta : Bulan Bintang, 1981
Lapidus, Ira M. Sejarah Sosial Umat Islam bagian ketiga. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada. 1999
www.wikipedia.org


[1] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam bagian ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada1999) hlm 46
[2] Hamka, Sejarah Umat Islam III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981) hlm 110-111.

[3] Ira M. Lapidus, Sejarah Sosial Umat Islam bagian ketiga, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada1999) hlm 46-47
[4] Ibid, hlm 47-48.
[5] Ibid, hlm 56-57.
[6] Hamka, Sejarah Umat Islam III, (Jakarta: Bulan Bintang, 1981) Hlm 112-114.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar