Jumat, 08 Oktober 2010

Ernest Douwes Dekker

Dr. Ernest François Eugène Douwes Dekker (umumnya dikenal dengan nama Douwes Dekker atau Danudirja Setiabudi; lahir di Pasuruan, Jawa Timur, 8 Oktober 1879 – meninggal di Bandung, Jawa Barat, 29 Agustus 1950 pada umur 70 tahun) adalah seorang pejuang kemerdekaan dan pahlawan nasional Indonesia.
Ia adalah salah seorang peletak dasar nasionalisme Indonesia di awal abad ke-20, penulis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah penjajahan Hindia-Belanda, wartawan, aktivis politik, serta penggagas nama "Nusantara" sebagai nama untuk Hindia-Belanda yang merdeka. Setiabudi adalah salah satu dari "Tiga Serangkai" pejuang pergerakan kemerdekaan Indonesia, selain dr. Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat.

Kehidupan pribadi

Ernest adalah anak ketiga (dari empat bersaudara) pasangan Auguste Henri Edouard Douwes Dekker (Belanda totok), seorang broker bursa efek dan agen bank,[1] dan Louisa Margaretha Neumann, seorang indo dari ayah Jerman dan ibu Jawa. Dengan pekerjaannya itu, Auguste termasuk orang yang berpenghasilan tinggi. Ernest, biasa dipanggil Nes oleh orang-orang dekatnya atau DD oleh rekan-rekan seperjuangannya, masih terhitung saudara dari pengarang buku Max Havelaar, yaitu Eduard Douwes Dekker (Multatuli), yang merupakan adik kakeknya.[2] Olaf Douwes Dekker, cucu dari Guido, saudaranya, menjadi penyair di Breda, Belanda.
DD menikah dengan Clara Charlotte Deije (1885-1968), anak dokter campuran Jerman-Belanda pada tahun 1903, dan mendapat lima anak, namun dua di antaranya meninggal sewaktu bayi (keduanya laki-laki). Yang bertahan hidup semuanya perempuan. Perkawinan ini kandas pada tahun 1919 dan keduanya bercerai.
Kemudian DD menikah lagi dengan Johanna Petronella Mossel (1905-1978), seorang IndoYahudi, pada tahun 1927. Johanna adalah guru yang banyak membantu kegiatan kesekretariatan Ksatrian Instituut, sekolah yang didirikan DD. Dari perkawinan ini mereka tidak dikaruniai anak. Di saat DD dibuang ke Suriname pada tahun 1941 pasangan ini harus berpisah, dan di kala itu kemudian Johanna menikah dengan Djafar Kartodiredjo, seorang Indo pula (sebelumnya dikenal sebagai Arthur Kolmus), tanpa perceraian resmi terlebih dahulu. Tidak jelas apakah DD mengetahui pernikahan ini karena ia selama dalam pengasingan tetap berkirim surat namun tidak dibalas. keturunan
Sewaktu DD "kabur" dari Suriname dan menetap sebentar di Belanda (1946), ia menjadi dekat dengan perawat yang mengasuhnya, Nelly Alberta Geertzema née Kruymel, seorang Indo yang berstatus janda beranak satu. Nelly kemudian menemani DD yang menggunakan nama samaran pulang ke Indonesia agar tidak ditangkap intelijen Belanda. Mengetahui bahwa Johanna telah menikah dengan Djafar, DD tidak lama kemudian menikahi Nelly, pada tahun 1947. DD kemudian menggunakan nama Danoedirdja Setiabuddhi dan Nelly menggunakan nama Haroemi Wanasita, nama-nama yang diusulkan oleh Sukarno. Sepeninggal DD, Haroemi menikah dengan Wayne E. Evans pada tahun 1964 dan kini tinggal di Amerika Serikat.
Walaupun mencintai anak-anaknya, DD tampaknya terlalu berfokus pada perjuangan idealismenya sehingga perhatian pada keluarga agak kurang dalam. Ia pernah berkata kepada kakak perempuannya, Adelin, kalau yang ia perjuangkan adalah untuk memberi masa depan yang baik kepada anak-anaknya di Hindia kelak yang merdeka. Pada kenyataannya, semua anaknya meninggalkan Indonesia menuju ke Belanda ketika Jepang masuk. Demikian pula semua saudaranya, tidak ada yang memilih menjadi warga negara Indonesia.

Riwayat hidup

Masa muda

Pendidikan dasar ditempuh Nes di Pasuruan. Sekolah lanjutan pertama-tama diteruskan ke HBS di Surabaya, lalu pindah ke Gymnasium Willem III, suatu sekolah elit di Batavia. Selepas lulus sekolah ia bekerja di perkebunan kopi "Soember Doeren" di Malang, Jawa Timur. Di sana ia menyaksikan perlakuan semena-mena yang dialami pekerja kebun, dan sering kali membela mereka. Tindakannya itu membuat ia kurang disukai rekan-rekan kerja, namun disukai pegawai-pegawai bawahannya
. Akibat konflik dengan manajernya, ia dipindah ke perkebunan tebu "Padjarakan" di Kraksaan sebagai laboran.[1] Sekali lagi, dia terlibat konflik dengan manajemen karena urusan pembagian irigasi untuk tebu perkebunan dan padi petani. Akibatnya, ia dipecat.

Perang Boer

Menganggur, dan kematian mendadak ibunya, membuat Nes memutuskan berangkat ke Afrika Selatan pada tahun 1899 untuk ikut dalam Perang Boer Kedua melawan Inggris.[2] Ia bahkan menjadi warga negara Republik Transvaal.[1] Beberapa bulan kemudian kedua saudara laki-lakinya, Julius dan Guido, menyusul. Nes tertangkap lalu dipenjara di suatu kamp di Ceylon. Di sana ia mulai berkenalan dengan sastera India, dan perlahan-lahan pemikirannya mulai terbuka akan perlakuan tidak adil pemerintah kolonial Hindia Belanda terhadap warganya.

Sebagai wartawan yang kritis dan aktivitas awal

DD dipulangkan ke Hindia Belanda pada tahun 1902, dan bekerja sebagai agen pengiriman KPM, perusahaan pengiriman milik negara. Penghasilannya yang lumayan membuatnya berani menyunting Clara Charlotte Deije, putri seorang dokter asal Jerman yang tinggal di Hindia Belanda, pada tahun 1903.
Kemampuannya menulis laporan pengalaman peperangannya di surat kabar terkemuka membuat ia ditawari menjadi reporter koran Semarang terkemuka, De Locomotief. Di sinilah ia mulai merintis kemampuannya dalam berorganisasi. Tugas-tugas jurnalistiknya, seperti ke perkebunan di Lebak dan kasus kelaparan di Indramayu, membuatnya mulai kritis terhadap kebijakan kolonial. Ketika ia menjadi staf redaksi Bataviaasch Nieuwsblad, 1907, tulisan-tulisannya menjadi semakin pro kaum Indo dan pribumi. Dua seri artikel yang tajam dibuatnya pada tahun 1908. Seri pertama artikel dimuat Februari 1908 di surat kabar Belanda Nieuwe Arnhemsche Courant setelah versi bahasa Jermannya dimuat di koran Jerman Das Freie Wort, "Het bankroet der ethische principes in Nederlandsch Oost-Indie" ("Kebangkrutan prinsip etis di Hindia Belanda") kemudian pindah di Bataviaasche Nieuwsblad. Sekitar tujuh bulan kemudian (akhir Agustus) seri tulisan panas berikutnya muncul di surat kabar yang sama, "Hoe kan Holland het spoedigst zijn koloniën verliezen?" ("Bagaimana caranya Belanda dapat segera kehilangan koloni-koloninya?", versi Jermannya berjudul "Hollands kolonialer Untergang"). Kembali kebijakan politik etis dikritiknya. Tulisan-tulisan ini membuatnya mulai masuk dalam radar intelijen penguasa.[3]
Rumah DD, pada saat yang sama, yang terletak di dekat Stovia menjadi tempat berkumpul para perintis gerakan kebangkitan nasional Indonesia, seperti Sutomo dan Cipto Mangunkusumo, untuk belajar dan berdiskusi. Budi Utomo (BO), organisasi yang diklaim sebagai organisasi nasional pertama, lahir atas bantuannya. Ia bahkan menghadiri kongres pertama BO di Yogyakarta.
Aspek pendidikan tak luput dari perhatian DD. Pada tahun 1910 (8 Maret) ia turut membidani lahirnya Indische Universiteit Vereeniging (IUV), suatu badan penggalang dana untuk memungkinkan dibangunnya lembaga pendidikan tinggi (universitas) di Hindia Belanda. Di dalam IUV terdapat orang Belanda, orang-orang Indo, aristokrat Banten dan perwakilan dari organisasi pendidikan kaum Tionghoa THHK.

Indische Partij

Karena menganggap BO terbatas pada masalah kebudayaan (Jawa), DD tidak banyak terlibat di dalamnya. Sebagai seorang Indo, ia terdiskriminasi oelh orang Belanda murni ("totok" atau trekkers). Sebagai contoh, orang Indo tidak dapat menempati posisi-posisi kunci pemerintah karena tingkat pendidikannya. Mereka dapat mengisi posisi-posisi menengah dengan gaji lumayan tinggi. Untuk posisi yang sama, mereka mendapat gaji yang lebih tinggi daripada pribumi. Namun, akibat politik etis, posisi mereka dipersulit karena pemerintah koloni mulai memberikan tempat pada orang-orang pribumi untuk posisi-posisi yang biasanya diisi oleh Indo. Tentu saja pemberi gaji lebih suka memilih orang pribumi karena mereka dibayar lebih rendah. Keprihatinan orang Indo ini dimanfaatkan oleh DD untuk memasukkan idenya tentang pemerintahan sendiri Hindia Belanda oleh orang-orang asli Hindia Belanda (Indiërs) yang bercorak inklusif dan mendobrak batasan ras dan suku. Pandangan ini dapat dikatakan original, karena semua orang pada masa itu lebih aktif pada kelompok ras atau sukunya masing-masing.
Berangkat dari organisasi kaum Indo, Indische Bond dan Insulinde, ia menyampaikan gagasan suatu "Indië" (Hindia) baru yang dipimpin oleh warganya sendiri, bukan oleh pendatang. Ironisnya, di kalangan Indo ia mendapat sambutan hangat hanya di kalangan kecil saja, karena sebagian besar dari mereka lebih suka dengan status quo, meskipun kaum Indo direndahkan oleh kelompok orang Eropa "murni" toh mereka masih dapat dilayani oleh pribumi.
Tidak puas karena Indische Bond dan Insulinde tidak bisa bersatu, pada tahun 1912 Nes bersama-sama dengan Cipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat mendirikan partai berhaluan nasionalis inklusif bernama Indische Partij ("Partai Hindia").[1][4] Kampanye ke beberapa kota menghasilkan anggota berjumlah sekitar 5000 orang dalam waktu singkat. Semarang mencatat jumlah anggota terbesar, diikuti Bandung. Partai ini sangat populer di kalangan orang Indo, dan diterima baik oleh kelompok Tionghoa dan pribumi, meskipun tetap dicurigai pula karena gagasannya yang radikal. Partai yang anti-kolonial dan bertujuan akhir kemerdekaan Indonesia ini dibubarkan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda setahun kemudian, 1913 karena dianggap menyebarkan kebencian terhadap pemerintah.
Akibat munculnya tulisan terkenal Suwardi di De Expres, "Als ik eens Nederlander was" (Seandainya aku orang Belanda), ketiganya lalu diasingkan ke Belanda, karena DD dan Cipto mendukung Suwardi.

Dalam pembuangan di Eropa

Masa di Eropa dimanfaatkan oleh Nes untuk mengambil program doktor di Universitas Zürich, Swiss, dalam bidang ekonomi. Di sini ia tinggal bersama-sama keluarganya. Gelar doktor diperoleh secara agak kontroversial dan dengan nilai "serendah-rendahnya", menurut istilah salah satu pengujinya. Karena di Swis ia terlibat konspirasi dengan kaum revolusioner India, ia ditangkap di Hong Kong dan diadili dan ditahan di Singapura (1918). Setelah dua tahun dipenjara, ia pulang ke Hindia Belanda 1920.

Kegiatan jurnalistik dan Peristiwa Polanharjo

Sekembalinya ia ke Batavia setelah dipenjara DD aktif kembali dalam dunia jurnalistik dan organisasi. Ia menjadi redaktur organ informasi Insulinde yang bernama De Beweging. Ia menulis beberapa seri artikel yang banyak menyindir kalangan pro-koloni serta sikap kebanyakan kaumnya: kaum Indo. Targetnya sebetulnya adalah de-eropanisasi orang Indo, agar mereka menyadari bahwa demi masa depan mereka berada di pihak pribumi, bukan seperti yang terjadi, berpihak ke Belanda. Organisasi kaum Indo yang baru dibentuk, Indisch Europeesch Verbond (IEV), dikritiknya dalam seri tulisan "De tien geboden" (Sepuluh Perintah Tuhan) dan "Njo Indrik" (Sinyo Hendrik). Pada seri yang disebut terakhir, IEV dicap olehnya sebagai "liga yang konyol dan kekanak-kanakan".
Sejumlah pamflet lepas yang cukup dikenal juga ditulisnya pada periode ini, seperti "Een Natie in de maak" (Suatu bangsa tengah terbentuk) dan "Ons volk en het buitlandsche kapitaal" (Bangsa kita dan modal asing).
Pada rentang masa ini dibentuk pula Nationaal Indische Partij (NIP), sebagai organisasi pelanjut Indische Partij yang telah dilarang. Pembentukan NIP menimbulkan perpecahan di kalangan anggota Insulinde antara yang moderat (kebanyakan kalangan Indo) dan yang progresif (menginginkan pemerintahan sendiri, kebanyakan orang Indonesia pribumi). NIP akhirnya bernasib sama seperti IP: tidak diizinkan oleh Pemerintah.
Pada tahun 1919, DD terlibat (atau tersangkut) dalam peristiwa protes dan kerusuhan petani/buruh tani di perkebunan tembakau Polanharjo, Klaten. Ia terkena kasus ini karena dianggap mengompori para petani dalam pertemuan mereka dengan orang-orang Insulinde cabang Surakarta, yang ia hadiri pula. Pengadilan dilakukan pada tahun 1920 di Semarang. Hasilnya, ia dibebaskan; namun kasus baru menyusul dari Batavia: ia dituduh menulis hasutan di surat kabar yang dipimpinnya. Kali ini ia harus melindungi seseorang (sebagai redaktur De Beweging) yang menulis suatu komentar yang di dalamnya tertulis "Membebaskan negeri ini adalah keharusan! Turunkan penguasa asing!". Yang membuatnya kecewa adalah ternyata alasan penyelidikan bukanlah semata tulisan itu, melainkan "mentalitas" sang penulis (dan dituduhkan ke DD). Setelah melalui pembelaan yang panjang, DD divonis bebas oleh pengadilan.

Aktivitas pendidikan dan Ksatrian Instituut

Sekeluarnya dari tahanan dan rentetan pengadilan, DD cenderung meninggalkan kegiatan jurnalistik dan menyibukkan diri dalam penulisan sejumlah buku semi-ilmiah dan melakukan penangkaran anjing gembala Jerman dan aktif dalam organisasinya. Prestasinya cukup mengesankan, karena salah satu anjingnya memenangi kontes dan bahkan mampu menjawab beberapa pertanyaan berhitung dan menjawab beberapa pertanyaan tertulis.
Atas dorongan Suwardi Suryaningrat yang saat itu sudah mendirikan Perguruan Taman Siswa, ia kemudian ikut dalam dunia pendidikan, dengan mendirikan sekolah "Ksatrian Instituut" (KI) di Bandung. Ia banyak membuat materi pelajaran sendiri yang instruksinya diberikan dalam bahasa Belanda. KI kemudian mengembangkan pendidikan bisnis, namun di dalamnya diberikan pelajaran sejarah Indonesia dan sejarah dunia yang materinya ditulis oleh Nes sendiri. Akibat isi pelajaran sejarah ini yang anti-kolonial dan pro-Jepang, pada tahun 1933 buku-bukunya disita oleh pemerintah Keresidenan Bandung dan kemudian dibakar. Pada saat itu Jepang mulai mengembangkan kekuatan militer dan politik di Asia Timur dengan politik ekspansi ke Korea dan Tiongkok. DD kemudian juga dilarang mengajar.

Kegiatan sebelum pembuangan

Karena dilarang mengajar, DD kemudian mencari penghasilan dengan bekerja di kantor Kamar Dagang Jepang di Jakarta. Ini membuatnya dekat dengan Mohammad Husni Thamrin, seorang wakil pribumi di Volksraad. Pada saat yang sama, pemerintah Hindia Belanda masih trauma akibat pemberontakan komunis (ISDV) tahun 1927, memecahkan masalah ekonomi akibat krisis keuangan 1929, dan harus menghadapi perkembangan fasisme ala Nazi di kalangan warga Eropa (Europaeer).
Serbuan Jerman ke Denmark dan Norwegia, dan akhirnya ke Belanda, pada tahun 1940 mengakibatkan ditangkapnya ribuan orang Jerman di Hindia Belanda, berikut orang-orang Eropa lain yang diduga berafiliasi Nazi. DD yang memang sudah "dipantau", akhirnya ikut digaruk karena dianggap kolaborator Jepang, yang mulai menyerang Indocina Perancis. Ia juga dituduh komunis.

Pengasingan di Suriname

DD ditangkap dan dibuang ke Suriname pada tahun 1941 melalui Belanda. Di sana ia ditempatkan di suatu kamp jauh di pedalaman Sungai Suriname yang bernama Jodensavanne[2] Tempat itu pada abad ke-17 hingga ke-19 pernah menjadi tempat pemukiman orang Yahudi yang kemudian ditinggalkan karena kemudian banyak pendatang yang membuat keonaran. ("Padang Yahudi").
Kondisi kehidupan di kamp sangat memprihatinkan. Sampai-sampai DD, yang waktu itu sudah memasuki usia 60-an, sempat kehilangan kemampuan melihat. Di sini kehidupannya sangat tertekan karena ia sangat merindukan keluarganya. Surat-menyurat dilakukannya melalui Palang Merah Internasional dan harus melalui sensor.
Ketika kabar berakhirnya perang berakhir, para interniran (buangan) di sana tidak segera dibebaskan. Baru menjelang pertengahan tahun 1946 sejumlah orang buangan dikirim ke Belanda, termasuk DD. Di Belanda ia bertemu dengan Nelly Albertina Gertzema nee Kruymel, seorang perawat. Nelly kemudian menemaninya kembali ke Indonesia. Kepulangan ke Indonesia juga melalui petualangan yang mendebarkan karena DD harus mengganti nama dan menghindari petugas intelijen di Pelabuhan Tanjung Priok. Akhirnya mereka berhasil tiba di Yogyakarta, ibukota Republik Indonesia pada waktu itu pada tanggal 2 Januari 1947.

Perjuangan di masa Revolusi Kemerdekaan dan akhir hayat

Tak lama setelah kembali ia segera terlibat dalam posisi-posisi penting di sisi Republik Indonesia. Pertama-tama ia menjabat sebagi menteri negara tanpa portofolio dalam Kabinet Sjahrir III (yang berumur pendek). Selanjutnya berturut-turut ia menjadi anggota delegasi negosiasi dengan Belanda, konsultan dalam komite bidang keuangan dan ekonomi di delegasi itu, anggota DPA, pengajar di Akademi Ilmu Politik, dan terakhir sebagai kepala seksi penulisan sejarah (historiografi) di bawah Kementerian Penerangan. Di mata beberapa pejabat Belanda ia dianggap "komunis" meskipun ini sama sekali tidak benar.
Pada periode ini DD tinggal satu rumah dengan Sukarno. Ia juga menempati salah satu rumah di Kaliurang. Dan dari rumah di Kaliurang inilah pada tanggal 21 Desember 1948 ia diciduk tentara Belanda yang tiba dua hari sebelumnya di Yogyakarta dalam rangka "Aksi Polisionil". Setelah diinterogasi ia lalu dikirim ke Jakarta untuk diinterogasi kembali.
Tak lama kemudian DD dibebaskan karena kondisi fisiknya yang payah dan setelah berjanji tak akan melibatkan diri dalam politik. Ia dibawa ke Bandung atas permintaannya. Harumi kemudian menyusulnya ke Bandung. Setelah renovasi, mereka lalu menempati rumah lama (dijulukinya "Djiwa Djuwita") di Lembangweg.
Di Bandung ia terlibat kembali dengan aktivitas di Ksatrian Instituut. Kegiatannya yang lain adalah mengumpulkan material untuk penulisan autobiografinya (terbit 1950: 70 jaar konsekwent) dan merevisi buku sejarah tulisannya.
Ernest Douwes Dekker wafat dini hari tanggal 29 Agustus 1950 (versi van der Veur, 2006; di batu nisannya tertulis tanggal 28 Agustus 1950) dan dimakamkan di TMP Cikutra, Bandung.

Penghargaan

Jasa DD dalam perintisan kemerdekaan diekspresikan dalam banyak hal. Di setiap kota besar dapat dijumpai jalan yang dinamakan menurut namanya: Setiabudi. Jalan Lembang di Bandung utara, tempat rumahnya berdiri, sekarang bernama Jalan Setiabudi. Di Jakarta bahkan namanya dipakai sebagai nama suatu kecamatan (Kecamatan Setiabudi, Jakarta Selatan).
Di Belanda, nama DD juga dihormati sebagai orang yang berjasa dalam meluruskan arah kolonialisme (meskipun hampir sepanjang hidupnya ia berseberangan posisi politik dengan pemerintah kolonial Belanda; bahkan dituduh "pengkhianat").

Rabu, 15 September 2010

KENA RAZIA POLISI

maaf malem agak burem tp ini pose disamping mobil patroli polisi
    Malam minggu menjadi sebuah rutinitas untuk berkumpul. drugovi selalu ngelewatin malam minggu di bulan juli 2010 secara bersama-sama. dimulai dari sms arum kepada yang lain yang ngajak makan-makan. candra, eko dan listyan pun langsung siap dengan apapun yang gratisan.ha,,ha,h,a,,,mereka pun ikut syukuran ketempat om nya arum yang pada waktu itu naiik pangkat.

 Setelah kenyang rasanya terlalu singkat jika langsung pulang. mereka akhirnya main ke daerah Hargo yang sering disebut bukit bintang. arum bareng eko dengan menggunakan motor barunya. sedangkan listyan boncengan dengan candra. di sana emang terkenal tempat buat pacaran. 4 orang lelaki kesana mau apa????ya....ganggungin orang pacaran ,ha,,ha,h,a,,dikit demi sedikit yang pacaran disitu pada risih dan akhirnya kabur dengar cerita kita dan bercandaan kita.he,,he,h,,e,,
 
gak puas jam 23.00 kita turun dan langsung meluncur ke alun-alun selatan. disana selain nongkrong juga nikmati wedang ronde. si eko yang emang sering jajan minuman itu sempat nyletuk "ra enak,,,," ha,,ha,ha,,,padahal deket penjualnya untuk gak marah.....

sekitar jam 1 pagi kami pulang. arum sempet nawarin untuk lewat daerah berbah, namun listyan ngajak lewat jl. jogja-solo aja yang ramai...he,,he,he,,,emang dasar ya????tepat di bakpia java deket samsat pembantu itu ada razia polisi. candra dan listyan pun santai aja karena bawa sim dan stnk yng lengkap. ditanya polisi. "suratnya mana?". trus polisi itu bilang :"tolong buka jok motornya, apa ada senjata tajam??.." e...pas candra diem agak tegang, listyan nyletuk "sejata tajam gak ada pak...tapi kalau senjata tumpul ada!!!"ha,,ha,h,a,,,candra pun langsung tertawa karna tahu maksud dr celetukan itu, apalagi ditambah ngelihat ekspresi pak polisi yang menawan ketawa.kurasa polisi itu juga tahu kalau jawaban lityan itu nyrempet ke....forno.ha,,ha,,ha, dilain pihak arum dan eko yang makai motor baru sempet panik. arum pun ngelihatin SIMnya ketika ditanya pak polisi. trus ketika polisi itu minta STNK. eko cuma bilang kalau "surat jalan dari kepolisian bisa???" setelah itu polisi meminta surat jalan tersebut. tapi....gubrak ternyata yang dibawa eko kertas kwitansi pembayaran motor secara kontan.ha,,ha,ha,,,,kontan aja yang lain nahan ketawa.tp akhirnya adanya omnya arum yang bisa bantu.ya pelajaran buat adik-adik dirumah kalau besok2 bawa motor suratnya yang lengjap ya????ha,ha,h,a,,,,

drugovi

Drugovi merupakan nama yang lahir demi adanya sebuah identitas dalam persahabatan kami,,,awalnya cuma niatan buat bikin band dan nyari nama lain selain ngudi makmur karena nama itu telah dipantenkan oleh leluhurnya listyan untuk terpasang di dalam identitas usaha ayahnya.tapi waktu berkata lain,,,mereka malah jarang ngeband dan lebih sering narziz2an di depan kamera.ya bakat jadi model memang melekat di diri mereka dari segala posenya yang bernilai seni tinggi dapat ketahuan bahwa urat malu mereka sudah benar2 putus.he,,,he,,he,,

Drugovi sendiri merupakan kata yang diambil dari bahsa kroasia yang berarti sahabat atau persahabatan,,,kata itu tercetus dari Arum yang memang sudah tidak diraguka lagi kehandalannya dalam merangkai kata2.hem,,,(sebenarnya berat lho ku ngaku hal itu...?!!!).ya,,,drugovi sendiri mempunyai rencana,pertengahan tahun 2009 pada mau berlibur ke salah satu kota indonesia.yang sudah pasti ikut Arum,karna idenya emang dari dia...tp candra mulai menyusul kepingin dengan menunpuk jadwal kuliahnya di bulan maret demi di bulan juni/juli bisa ada waktu,,selain itu juga mulai menahan mulut jeleknya itu untuk gak sering2 minta uang untuk makan,,ya bisa di bilang babini..eh nyeleng,,,,i.he,,,he,,he,,,kalau listyan masih belum pasti,karna dia cuma mau ikut jika sampai hari H-nya dia belum dapet kerja yang diinginkan,,maka ia baru ikut.kalau eko,,,belum da kepastian dia kayaknya juga kepingin,,,nah den baguse Irvan,,,,tentu saja gak tahu,cz sulit banget nyari dia dan ketemu dia,,,wuih,,,susahnya minta ampun !!!!!kayak nyari di lubang tikus aja,,tahu sendiri kan tubuh kita pada tinggi and besar2 tapi tetep,,,,, kecuali listyan yang masih dalam masa pertumbuhan.ha,,,ha,,,ha,,,tapi kalau tiduran,,,wuih eko,candra,arum pasti kalah ma listyan orang udah kayak tetek sepor!!!!huaha,,,ha,,,ha,,,.tp rencana dr 2009 itu akhirnya baru terlaksana pada 2010.ha,,ha,h,a,,,,,a,,,,dengan 4 orang saja.





  


ya apapun itu sahabat,,,,semoga kita bisa tetap bahagia,,,,,!!!!!!!!!!!!!amin ya?????Oya,,,ni bukan maksud untuk eksploitasi tentang porno lho,,,cuma buat lutu2an aja,,,lho!!!!okey coy????
hidup drugovi tetap birukan langit dengan senyuman kita semua,,,,

Kamis, 26 Maret 2009 MENANTANG HUJAN DENGAN PERSAHABATAN

                  Rabu malem,,arum ngajak anak-anak drugovi tuk lihat konser paduan suara di kampusnya.namun yang bisa hanya candra dan listyan.konsernya emang bagus dan juga nyenengin sih buat mereka,,,wawasan tentang sejarah musik menjadi bertambah.selain itu cewek yang pada nonton konsernya itu lho???????????????????????????kata listyan,aaauuuuuRRRRRRRRRRR!!!!!!!!!!!!!!!!!ha,,ha,,,ha,,,ha,,,
                Sekitar jam sembilan lebih acara ru selesai, namun ujan malah turun,nah waktu dingin2 gitu penyakit lapernya candra kambuh,setelah ujannya agak mendingan mereka cari tempat makan,ehh,,,malah saat sampai ditempat makan,,,,ujannya malah tambah deras.ya mereka mutusin nunggu sambil bercerita.sampai tempat makannya udah mau tutup tetep aja belum reda.ya harus pulanglah,,,,tapi listyan gak bawa jas ujan atau mantrol,yang bawa cuma arum,sedangkan candra emang barengnya ma arum.mereka pun bingung harus gimana,namun karna udah ngantuk banget akhirnya sepakat pulang,arum putusin gak pakai mantrolnya aja,trus hanya dengan t-shirt aja,dan saat itulah sekitar jam satu drugo3 menantang ujan dengan kebersamaan.

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA PADA MASA KOLONIAL BELANDA

A. Kedatangan Belanda di Indonesia
 Pada awalnya bangsa belanda menyusuri samudera menuju ke Indonesia bertujuan untuk berdagang. Kedatangan Belanda di Indonesia sendiri diawali derngan mendarat di banten. Dan pada tahun 1619 M belanda telah menancapkan tonggak awal menjajah ketika pada waku Jan Pieter Zoen Coen menduduki jayakarta (batavia) . setelah itu perlahan-lahan bangsa belanda mampu menguasai daerah-daerah lain.
 Abad ke 17 didirikan VOC Vereenigde Oost Indische Compagnie tepatnya pada tahun 1602 yang menjadikan VOC memonopoli perdangan di Indonesia sehingga menimbulkan penderitaan warga pribumi. Keadaan ini diperparah dengan kebijakan Cultuur Stelsel atau tanam paksa pada tahun 1830-1870.
Belanda di Indonesia selain mengeksploitasi kekayaan alam juga menekan dalam hal politik dan kehidupan keagamaan rakyat. Karena memang belanda sendiri memiliki semboyan 3 G, pertama Glory(kemenangan dan kekuasaan), kedua Gold (emas dan kekayaan bangsa), ketiga Gospel (upaya mengajarakan ajaran nasrani)

B. Kebijakan Belanda terhadap pendidikan Islam di Indonesia
Pada zaman Belanda ini terdapat bermacam jenis sekolahan. Ada yang bernama Sekolah Dasar, Sekolah Kelas II, HIS, MULO, AMS dan lain-lain. Namun sekolah tersebut hanya mengajarkan mata pelajaran umum dan tidak terkandung pendidikan tentang agama terutama agama islam.
Pada tahun 1905, Belanda mengeluarkan suatu peraturan  dimana guru agama islam harus memiliki izin khusus untuk mengajar. Keadaan ini mempuat laju pendidikan islam di Indonesia pada masa itu tersendat. Selain itu Belanda juga mengelurkan aturan-aturan lain seperti :
  1. setiap sekolah atau madrasah atau pesantren harus memiliki izin dari bupati atau pejabat pemeritah Belanda.
  2. harus ada penjelasan dari sifat penbdidikan yang sedang dijalankan secara terperinci.
  3. para guru harus membuat daftar murid dalam bentuk tertentu dan mengirimkannya secara peridik kepada daerah yang bersangkutan.

Pada tahun 1926 diadakan kongres organisasi islam di bogor. Dalam kongres ini diperjuangkan agar semua peraturan pada tahun 1905 itu dihapus dan diganti dengan peraturan baru yang disebut Peraturan Ordonansi Guru. Belanda pun menyetujui, namun setelah setahun kembali Belnda penetapkan peraturan semula.
Pada abad 19 pemerintahan Belanda mulai menyelenggarakan pendidikan dengan model barat  dan diperuntukan bagi orang-orang Belanda dan juga sekelompok orang Indonesia yang dalam kalangan bangsawan atau orang berada.  Dengan adanya politik etis maka pendidikan rakyat pun juga dapat ditemui.

C. Pendidikan Islam Di Indonesia Pada Masa Kolonial Belanda
a)      Pendidikan Islam di Sumatera
Berakhirnya perang Aceh melawan belanda merpakan awal bagi perkembangan
pendidikan islam di aceh. Banyak pondok pesantern didirikan pada masa itu, setelah itu muncul pula madrasah-madrasah, salah satu yang terkenal ialah madrasah Sa’adah Adabiyah di Blang Paseh Sigli pada tahun 1930 oleh Tgk. Daud Bereueh.
 Materi pendidikan pada ma situ ialah belajar huruf  Hijaiyah, Juz ’Amma, Mengaji Al-Quran.
Selain  Aceh, Minangkabau juga merupakan pusat pendidikan islam di sumatera. Malah pada masa Kolonial Belanda ini, pendidikan di minangkabau mengalami kemajan yang sangat pesat. Hala ini disebabkan banyaknya buku-buku yang masuk dari Mekkah. Buku-buku tersebut adalah buku yang dibawa oleh para penduduk Minang yang menunaikan ibadah haji dan mereka sengaj menuntut ilmu di mekkah. Pihak colonial belanda sendiri telah berusaha menyensor kitab-kitab dari luar negeri itu, namun jumlah buku yang masuk malah semakin bertambah. Susunan materi pendidikan islam di minangkabau  antara lain : belajar huruf Hijaiyah, Pengajian kitab dengan 3 tingkatan, pertama mengkaji Nahwu, salaf dan fiqih. Kedua, mengaji Tauhid. Ketiga, mengaji tafsir. Selain kedua  daerah tersebut masih banyak daerah-daerah pendidikan islam pada masa colonial belanda di sumatera seperti di jambi dan kota-kota lain. 
b)      Pendidikan Islam di Jawa Masa Kolonial Belanda

Pendidikan islam di jawa tak bisa lepas dari daerah Jawa Timur. Pada masa colonial belanda ini pendidikan island di jawa timur sangat terkenal dengan Tebuireng. Tebuireng adalah sebuah pondok pesantren  yang didirikan oleh Kyai H. Hsyim Asyari pada tahun 1904 M. pada awalnya yang ajarkan hanya agama dan bahasa arab, namun selang beberapa waktu diubah dengan disamakan dnegn mencontoh apa yang adan di Mekkah. Pondik pesanrten tebuireng juga mendirikan madrasah Salafiyah yang dipimpin oleh K.H. Ilyas. Materi yang di ajarkan ialah m,embaca huruf latin, bahasa Indonesia, mempelajari ilmu falak, mempelajari ilmu bumi dan sejarah Indonesia.
Pendidikan islam di jawa tengah berpusat dikudus. Ratusan pondok pesantren tersebar di berbagai tempat. Selain itu juga madrasah yang banyak ditemukan pada masa itu. Pondok pesantren dan madrasah pada waktu itu antara lain :

1.      Aliyatus-Saniyah Muawanatul Muslimin
Didirikan 7 juli 1915 oleh organisasi Sarikat Islam dikeenpan. Rediri dari keals nol, kelas I A, kelas I B, kemudian baru keals II s/d kelas VI, waktu untuk memenpuh utu semua sekitar 8 tahun. Mata pelajaran merupakan  campuran antara gama dan umum.

2.      Kudsiyah
Didirikan oleh K.H.R. Asnawi tahun 1318 H. terdapat 2 bagian  yaitu Ibtidaiyah dan Tsanawiyah.
3.      Tsywuiqut Tullab Balai Tengahan School
Didirikan oleh K.H.A. Khaliq pada tanggal 21 November 1920. terdapat 2 bagian  yaitu Ibtidaiyah dan Tsanawiyah. Pada mulanya khusus untuk pelajaran bahas arab dan agam. Namun lambat laun masuk unsure-unsur pelajaran umum.

Pendidikan islam selain didaerah jawa timur dan jawa tengah tesebut, masih banyak juga daerah lain yang juga mengembangakan pendidikan islam. Misalnya di Yogyakarta degan tokoh terkenalnya seperti K.H. Ahmad Dahlan dengan Muhammadiyahnya. Juga terdapat nama Kyai Munawir yang nerupakan tokoh pendiri pondok pesantren krapyak. Di Jawa Barat juga tak kalah dengan terdapatnya banyak pesantren salah satu yang terkenal ialah pesantern Gunung Puyuh di Sukabumi yang didirikan oleh Kyai H. Sanusi. Dijakarta atau Batavia juga tak luput dari adanya madrasah-madrasah contojhnya Jamiat KHeir yang didirikan pada tahun 1905. pada tahun 1919 didirikan khusus untuk siswa putra dan putrid. Tokoh utamanya ialah Syeh Ahmad Surkati. Dan masih banyak daerah-dearah lain di Indonesia yang coba melanjutkan kependidikan islam.









                                                          

















AL-SINKILI

Asal usul serta perjalanan Al-Sinkili
Data tentang pribadi dari Abd Al-Sinkili (singkel) tidak begitu terkuak dengan jelas, baik mengenai kapan beliau lahir maupun silsilah tentang keluarganya. Namun  dari nama lengkapnya yaitu Abd Al-Ra’uf bin ‘Ali  Al-jawi An Fansuri Al Sinkili dapat disimpulkan berasal dari  Fansur,Sinkil di wilayah pantai barat laut Aceh dan berarti beliau adalah seorang Melayu. Para peneliti menanggapi tentang kelahiran Al- Sinkili mengutarakan bahwa mayoritas sepakat bahwa dia dilahirkan sekitar tahun 1024. Tahun ini diambil setelah adanya penghitungan dari kembalinya dari timur tengah ke aceh.
 Mengenai keluarga  dari Al – Singkili  terdapat berbagai pendapat menurut Hasjmi, nenek moyangnya berasal dari Persia. Daly menyatakan bahwa ayah Al-Sinkili berasal dari arab, namun tidak ada yang jelas mengenai asal usul keluarga dan para peneliti masih dalam perdebatan dalam hal ini. Lepas dari itu semua yang jelas  terdapat bukti yang jelas mengenai  perjalanan studinya melalui tulisannya sendiri yang berjudul ‘Umdat Al-Muhtajin ila Suluk Maslak Al-Mufridin
Al- Sinkili diperkirakan mulai berangkat ke Arab pada 1052. Dia memaparkan daftar 19 orang guru yang mengajari cabang disiplin islam, dan dengan 27 ulama yang telah dijumpainya. Ia memulai studinya di Dhuha Qatar dengan belajar kepada ‘Abd Al-Qadir Al-Mawrir namun hanya dalam tempo singkat. Setelah itu di lanjutkan di Yaman Bayt Al-Faqih dan Zabid. Di tempat itu Al-Sinkili belajar dengan ulama terutama keluarga  Ja’man(keluarrga sufi) diantara guru dari Al-sinkili yang paling penting adalah Ibrahim b. ‘Abd Allah ibn Ja’man(w.1083). dia adalah ulama yang paling dicari di tempat tersebut karena dia adalah seorang muhaddits dan faqih dan pemberi fatwa yang produktif. Al-Sinkili mempelajari ilmu al-zhahir yaitu pengetahuan eksoteris seperti fiqih, hadis dan hal-hal yang terkait. Al-sinkili menyebutkan Abd Allah b. Ja’man yang meperkenalkan dengan AL-Qusyasyi, selain itu juga ada yang mengatakan bahwa Ishaq b Ja’man juga berperan dalam meperkenalkannya dengan Al-Qusyasyi serta Al Karuni. Di Zabid guru-guru Al-Sinkili lebih banyak seperti Abd Al-Rahim  b. Al- shiddiq Al-Khash ; Amin b. Al-Shiddiq Al-Mizjaji, dan Abd Allah b. Muhammad Al-‘Adani, dan disebut Al-Sinkili adalah pembaca Al-Quran terbaik diwilayah itu, Serta ulama-ulama lainnya. Sebagian besar ulama ditempat ini memainkan peranan penting dalam menghubungkan banyak tokoh dan jaringan ulama.
Al-Sinkili tidak memaparkan waktu yang tepat ketika dia meninggalkan Yaman. Dia selanjutnya singgah di Jeddah dan belajar dengan Muftinya, ‘Abd Al-Qadir Al-bakhari.  Perjalanan dilanjutkan di Mekkah dan belajar dengan  Badr Al-Din Al-Lahuri dan yang terpenting adalah ‘Ali b. Abd Al-Qodir Al-Thabari. Selain belajar dengan para ulama tersebut, di mekkah  Al-Sinkili juga menjalin hubungan dengan ulama-ulama lain. Selanjutnya Al-Sinkili belajar dikota Madinah  di belaja dengan Ahmad Al-Qusyasyi dan Ibrahim Al-Kurani. Al-Qusyasyi merupakan guru spiritual dan mistik sedangkan Ibrahim Al-Kurani lebih sebagia guru intelektualnya.
Al- Sinkili mencatat bahwa ia berada di Arab selama 19 tahun dan sebagian guru serta kenalannya merupakan seorang yang cendikiawan serta tokoh yang penting terbukti dalam biografi Arab yang mencakup tokoh-tokoh tersebut didalamnya. Pendidikan yang ia terima disana lengkap meliputi syariat, hadits, fiqih, ilmu kalam dan tasawuf serta ilmu-ilmu esoteric.

Pemikiran dan pembaharuan Al – Sinkili
Al-Sinkili kembali ke Aceh diperkirakan sekitar tahun 1584. Kedatangannya ini mendapat respon dari istana dengan adanya upaya Sultanah menyuruh utusan untuk menyelidiki pandangan keagamaan Al-Sinkili, namun Al-Sinkili akhirnya mampu memikat hati pihak istana dan dia ditunjuk sebagai Qadhi Malik Al-‘Adil atau Mufti, yang bertanggung jawab atas administrasi masalah-masalah keagaamaan.
Al-Sinkili membuat karya fiqih, Mir’at Al-Thullab. Namun karyanya ini tidak member jawaban yang jelas mengenai pertanyaan muncul pada masyarakat aceh waktu itu yaitu boleh tidaknya seorang wanita menjadi seorang pemimpin. Dan akhirnya jawaban itu diambil dari fatwa mufti di Mekkah yang menganggap itu bertentangan dengan syariat islam. Al-Sinkili sellama diaceh mendapat perlindungan dari Sultanah dan dia mampu membuat karya sekitar 22 yang membahas fiqih,tafsir,kalam dan tasawuf dengan mayoritas berbahasa arab dan juga terdapat bahasa melayu.
Karya dalam fiqih yang utama adalah Mir’at Al-Thullab yang merupakan permintaan Sultanah syafiyyat Al-Din yang selesai tahun 1074. Karyanya ini berbeda dengan  karya dari Al-Raniri  yaitu Shirath Al-Mustaqim yang terfokus pada ibadah saja sedangakan karya dari Al-Sankili membahas mengenai muamalah, dan mencakup kehidupan politik, social, ekonomi dan keagaamaan kaum muslim. Al-Sinkili merupakan ulama pelopor diwilayah melayu-indonesia yang menunjukkan kepada kaum muslim melayu bahwa doktrin-doktrin hokum islam tidak terbatas pada ibadah saja namun juga menyangkut berbagai segi kehidupan lainnya. Sehingga tidak mengherankan jika karya tersebut dijadikan pedoman masyarakat muslim melayu pada waktu itu bahkan kaum muslim didaerah Maquidanao, Filiphina menjadikannya pula sebagai salah satu acuan utama.
Al-Sinkili juga merupakan alim pertama di dunia islam yang bersedia mempersiapakan tafsir lengkap Al-Quran dalam bahasa Melayu. Tafsir itu diberi judul Tarjamun Al-Mustafid namun sayangnya tidak tercantum tahun penyelesaiaan karya tersebut. Sebagai tafsir awal karya tesebut telah menjangkau komunitas melayu didaerah Afrika Selatan. Al –Sinkili juga menerjemahkan tafsir Jalalalyn ke dalam bahasa melayu menjadi lebih sederhana dan mudah di mengerti orang melayu. Dia menerjemahkan secara perkata dan menghindari penambahan dari dirinya  serta menghapuskan penjelasan-penjelasan tata bahasa arab dan penafsiran-penafsiran panjang yang dapat mengalihkan perhatian para pembaca.
Al-Sinkili juga mengumpulkan berbagai hadits qutsi yang mengemukakan ajaran mengenai Tuhan dan Hubungan-Nya dengan ciptaan, neraka dan surag, dan cara-cara yang layak bagi kaum muslim untuk mendapatakan ridha Allah SWT.
Kifayat Al-Muhtajin ila Masyrah Al-Qa’ilin bin wahdat Al-Wujud merupakan karyanya mengenai ajaran mistis. Dalam karya tersebut dia menolak pendapat Wujudiyyah yang menekankan imanensi  Tuhan dalam ciptaan-Nya. Al-Sinkili berpendapat sebelum Tuhan menciptakan Alam raya, Dia selalu memikirkan dirinya sendiri, yang mengakibatkan terciptanya cahaya Muhammad, dari cahaya Muhammad itu Tuhan menciptakan pola-pola dasar permanen yaitu potensi alam raya, yang menjadi sumber dasar-dasar luar ciptaan dalam bentuk  kongkretnya. Ia menambahakana’yan al-kharijiyyah merupakan emanasi dari wujud mutlak, mereka berbeda dari tuahn  itu sendiri; hubungan keduanya adalah seperti tangan dan juga bayangannya, mesti tangan hampir tidak bias lepas dari bayangannya.
Dari pemikiran dan karya-karyanya Al-Sinkili turut menyebarkan doktrin dan kecenderungan intelektual praktis dalam jaringan ulama untuk memperkuat tradisi islam di wilayah melayu Indonesia. Ajaran yang di sebarkan lebih condong ke arah neo-sufisme yang terangkum dalam karya-karyanya yang membuktikan tasawuf harus berdampingan dengan syariat. Dan akhirnya jika berjalan sesuai jalurnya akan mencapai pengalaman haqiqah(realitas) sejati.

Jaringan Melayu Indonesia Al-Sinkili
Jaringan murid-murid Melayu-Indonesia terlacak setelah Al-Sinkili kembali ke Aceh. Murid-murid itu menyebarkan tarekat-tarekat Al-Sinkili terutama tarekat Syathariyyah diberbagai tempat dinusantara. Tarekat ini terkait dengan tarekat yang ada di India. Namun yang tarekat yang dikembangakan Al-Sinkili di nusantara telah mendapat pembaharuan dari  dari tokoh-tokoh jaringan ulama, seperi Ahmad Al-Syinanwi dan Ahmad Al-Qusyasyi. Tarekat yang dikenalkan Al-Sinkili ini disebut jalan ortodoks.         
Murid Al-Sinkili yang terkenal adalahBurhan Al-Din yang juga disebut dengan Tuanku Ulakan. Burhan belajar dengan Al-Sinkili selama beberapa tahun. Selain itu juga ada’abd Al_muhyiyang sangat aktif menyebarkan tarekat Syathafiyyah. Juga terdapat Dawud Al-Jawi Al-Rumi yang merupakan murid kesayang Al-Sinkilii, ia diminta gurunya untk menambah beberapa dalam tafsiran Trjuman Al-Mustafid.
Al-Sinkili meninggal pada tahun 1105 dan dimakamkan didaerah kuala atau mulut sungai Aceh. Tempat ini juga menjadi tempat makam para istri-istrinya. Dan akhirnya Al-Sinkili juga dikenal dengan sebutan Syaikh Kuala.


SEBUAH GERAKAN PERUBAHAN DI TURKI

Tanzimat

Tanzimat dalam bahasa turki dikenal dengan dengan tanzimat-I khairiye adalah gerakan pembaharuan turki.  Gerakan ini  diperkenalkan kedalam system birokrasi Turki Usmani semenjak pemerintahan Sultan ‘Abd al-Majid(1839-1861), putra sultan Mahmud II dan Sultan ‘Abd al ‘Aziz(1861-1876). Kata ini mengandung  arti mengatur, menyusun dan memperbaiki.  Kata tanzimat sendiri secara resmi tercantum dalam dokumen kerajaan pada pemerintahan Sultan Mahmud II , periode tanzimat berakhir pada awal pemerintahan Abd al-Hamid II, 1880. Latar belakang tanzimat ialah banyaknya tokoh-tokoh yang menginginkan adanya perubahan di Turki Usmani karena para tokoh itu telah mengerti kemajuan yang dicapai oleh masyarakat eropa. Para tokoh terinsiprasi dengan hal tersebut.
Tokoh utama pada periode tanzimat adalah Mustafa Pasya yang lahir di Ruschuk, Istanbul tahun 1800. Reformasi yang ia lakukan ketika memegang jabatan perdana menteri adalah melakukan pembaharuan pada lembaga militer. Ia membentuk tentara Nizam dalam bentuk yang baru dan membentuk suatu lembaga kerajaan yang besar. Lembaga itu terdiri dari pejabat tinggi, gubernur, pasya dan ayan yang berasal dari seluruh penjuru negeri. Lembaga itu dilantik secara formal dan disaksikan oleh ulama dan pembesar istana. Juga dilakukan perombakan organisasi Janissari dengan member hak-hak yang lebih memuashkan kepada para derebey dan ayan, kelompok elit yang ada diprovinsi-provinsi dimana ia sendiri termasuk didalamnya.
Tokoh lain yakni Mustafa Rasyid Pasya(1800-1858), ia lahir di Istanbul. Pada tahun 1832 ia ditunjuk sebagai amedi yang memungkinkan dirinya menjadi sekretaris utama Rais Efendi yang merupakan menteri luar negeri saat itu. Pada tahun 1834 ia diangkat menjadi duta besar di Paris.setelah itu ia juga diangakat menjadi menteri luar negeri. Karena seringnya berinteraksi dengan dunia barat yang telah mengalami kemajuan,  akhirnya ia mempunyai pemikiran  mengadakan suatu perubahan dan dalam sejarah turki dikenal dengan tanzimat.
Selanjutnya juga dikenal Mahmed Sadik Rifat Pasya (1807-1856). Pada tahun 1834 ia di tunjuk sebagai asisten menteri luar negeri, dan 3 tahun berikunya menjadi duta besar di Wina. Untuk menyalurkan ide-ide pembaharuanya, ia mendirikan Dewan Tanzimat dan ia menjadi ketuanya. Untuk memajukan turki ia memiliki beberapa pokok pikiran, pertama : Turki hanya dapat mencapai peradaban modern barat bila dapat menciptakan suasana damai dan menjalin hubungan baik dengan Negara-negara barat. Kedua : untuk menjadikan turki sebagai Negara makmur, maka tidak ada pilihan kecuali keharusan menjadikan rakyat Turki sebagai rakyat yang makmur juga. Sedangkan kemakmuran rakyat hanya dapat diperoleh dengan menghilangkan pemerintahan yang absolute. Karena, dalam tekanan pemerintahan yang otoriter, rakyat akan menguirangi semangat kerja, mengikis watak  kejujuran dalam bekerja sehingga kepentingan pribadi menjadi lebih penting ketimbang kepentingan Negara. Dengan sendirinya, budaya korupsi akan semakin menggejala dan akhirnya tingfkat produktivitas kerja menurun. Semua itu akan mengakibatkan kejatuhan Negara. Negara haruslah  berdasarkan pada hukum yang dapat menjamin kesamaan derajat seluruh rakyat dihadapan Negara.
Ide pembaharuan itu mendapat tanggapan baik dari pihak istana. Pada tanggal 3 november 1839 Sultan ABd al-Masjid mengumumkan deklarasi Gulkhane. Dengan adanya itu maka kewajiban sultan ialah: pertama, menjaga keamanan harta milik seluruh warga Negara yang berada diwilayah kekuasaan turki dan pungutan diluar pajak dihapus. Selain itu juga diadakan system rekruitmen dalam tubuh angkatan bersenjata. Kedua, seluruh umat beragama, baik muslim maupun non-muslim, akan berada dalam kedudukan sama dihadapan hukum.  Tujuan deklarasi ini ialah untuk memenuhi keinginan kekuatan-kekuatan bangsa eropa, yang secara serius telah melakuakn intervensi dalam beberapa urusan dalam negeri turki sebagai pemecah krisis Yunani. Selain itu juga untuk menumbuhkan rasa percaya diri pemerintahan dalam negeri.
Bagi bangsa turki tanzimat tentunya dimaksudkan untuk melindungi kerajaan turki dari kekuatan luar.tanzimat  ditindaklanjuti dengan diundangkannya Khatt-I Humayun pada 18 februari 1856 yang telah membawa perubahan dalam bidang hukum, pendidikan, dan pemerintahan. Pembaharuan dibidang hukum bertujuan untk menjadikan hukum usmani dapat diterima di masyarakat Eropa. Selain tiu untk memodernisasi sistem hukum islam tradisional. Upaya itu diwujudkan dengan perundang-udangan di bidang aturan komersial(28 juli 1850)prosedur komersial(14 november  1861), sanksi hukum (9 agustus 1858), dan kelautan (20 agustus 1863). Pelaksanaan hukum dibawah control lembaga peradilan diluar ulama.
Di bidang pendidikan di dilakukan beberapa perombakan. Dahulu pendidikan di turki diluar tanggung jawab kerajaan, dan menjadi tanggung jawab jkelompok keagamaan. Namun sejak tanzimat diumumkan maka Kerajaan  pada tahun 1773 mendirikan sekolah angkatan laut, pada tahun 1793 didirikan sekolah militer, serta tahun 1827 dibuat sekolah teknik dan juga kedokteran.lembaga pendidikan para diplomat pun didirikan, termasuk didalamnya penterjemah pada tahun 1833. Sekolah ketatanegaraan yang kemudian menjadi Fakultas ILmu Politik Universitas Ankara tahun 1950. Tercatat pada tahun 1914 Turki Usmani telah memiliki 36.000 sekolah, meskupun sebagian besar merupakan sekolah-sekolah kecil.
Dalam bidang pemerintahan Sultan mendirikan lembaga perwakilan antar tokoh-tokoh local, the assembly of provincial notebles, pada tahun 1845. Masing-masing provinsi wajib mengirim wakilnya ke Istanbul. Setibanya mereka di Istanbul mereka diberi dokumen tentang pembaharuan dan pandangan mereka tentang pembaharuan yang diajukan sultan.
Resume dari buku:
“sejarah kebudayaan islam di kawasan turki “
karya DR. Syafiq A. Mughni.